🎟️ Puisi Soe Hok Gie Cahaya Bulan

MandalawangiPangrango (Puisi Soe Hok Gie) 12/14/2012 05:32:00 PM Febriansyah 0 Comments. Senja ini, ketika matahari turun ke dalam jurang-jurangmu. Cahaya Bulan ; Soe Hok Gie. Web Kampus di DI Yogyakarta / Daerah Istimewa Yogyakarta. Mandalawangi Pangrango (Puisi Soe Hok Gie) Pujisyukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan penyusunan makalah Fonologi dengan judul "Analisis Fonem dalam Lirik Lagu Bila Karya Oscar Lolang" tepat pada waktunya. Penyusunan makalah sudah saya lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari SoeHok Gie (17 Desember 1942-16 Desember 1969) itu Gie juga adalah sosok pemuda yang sangat romantis dengan menuliskan beberapa puisi yang sangat mendalam contoh puisi cahaya bulan seperti yang saya kutip sebagai berikut : Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa. SoeHok Gie. Soe Hok Gie, tokoh mahasiswa dan pemuda, meninggal dunia di puncak G. Semeru, bersama Idhan Dhanvantari Lubis. Sosok dan sikapnya sebagai pemikir, penulis, juga aktivis yang berani, coba ditampilkan Rudy Badil, yang mewakili rekan lainnya, Aristides (Tides) Katoppo, Wiwiek A. Wiyana, A. Rachman (Maman), Herman O. Lantang dan almarhum Freddy Lasut. PuisiCahaya Bulan — Ost Soe Hok Gie Diposting oleh aLaM_KaNesHirO , Rabu, Desember 16, 2009 at 22.48.00, in Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa TSzqU. Ceceu Herlina87 2y↑2Pertama x denger puisi & lagunya th 2006 apa yaak,, lupa,, saat kuliah di Jogjaa. Syahdu,, merinding,, keren,, sedih,, campur aduk.. Oct4 akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui apakah kau masih selembut dahulu memintaku minum susu dan tidur yang lelap sambil membenarkan letak leher kemejaku kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih lembah Mandalawangi kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram meresapi belaian angin yang menjadi dingin apakah kau masih membelaiku semesra dahulu ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra lebih dekat apakah kau masih akan berkata ku dengar detak jantungmu kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yang takkan pernah ku tahu dimana jawaban itu bagai letusan berapi bangunkan ku dari mimpi sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati

puisi soe hok gie cahaya bulan